ALASAN YANG BERUBAH

Berbicara tentang literasi, Gua jadi ingat dengan diri gua di 4-10 tahun ke belakang. Di mana gua adalah orang yang tidak mempunyai ketertarikan untuk membaca buku. Mungkin kalau bisa diurutkan tingkat literasi dari seluruh anak SD di Bekasi, paling bawah adalah gua. Terdengar lebay, tapi memang dulu gua adalah orang yang tidak suka sekali dengan membaca. Dari SD, untuk mata pelajaran seperti PKN, IPS, IPA, gua adalah orang yang selalu dibacain ketika ingin belajar. Gua dulu orangnya sangat audio visual. Orang tua gua selalu ngejelasin dari buku ketika gua belajar. Makanya, gua dari dulu paling senang pelajaran matematika karena saat SD sampai SMA, matematika tidak ada bacaan. 

Orang tua gua pun sempat khawatir dan Bapak gua pernah bilang "Dek, coba dong belajar kalo belajarnya tuh baca buku, jangan cuma dibacain aja, nanti kalo kamu udah SMA, Kuliah, nanti kamu gabakal bisa survive kalo kamu cara belajarnya kaya gini terus". Gua pun pada saat itu mungkin terlihat kurang peduli dengan perkataan seperti itu. Akan tetapi, gua sadar, saat kuliah gua harus bisa baca materi sendiri dan ketika tidak mengerti pun kita harus cari sendiri materi tersebut di Internet.

Gua akhirnya tersadar setelah gua SMA. Di mana gua melakukan observasi dan melihat bahwa orang-orang yang mempunyai pacar pada saat itu adalah orang-orang yang terlihat "keren" bukan terlihat "ganteng". Gua pun sebagai manusia ingin terlihat keren seperti itu. Dengan personal branding yang sudah gua bangun dari awal SMA sebagai anak yang berkutat di bidang sains, aktif berorganisasi, dan juga mengikuti rohis, terasa tidak mungkin jika gua bergabung dengan tongkrongan sekolah untuk terlihat keren di mata orang. 

Waktu demi waktu berlalu dan akhirnya pun sekolah terlanjur diliburkan karena pandemi. Gua yang masih belum terlihat "keren" akhirnya mengulik orang-orang yang gua anggap keren di internet. Tahun 2021 awal, gua menonton konten Ali Abdaal, Ferry Irwandi, dan Zahid Azmi Ibrahim, dan satu kalimat yang keluar di pikiran gua. Ini baru orang yang "keren". Sebelum itu gua juga sedang mengulik blog ini. Gua ingin menulis blog karena melihat Raditya Dika yang dapat membuat cerita dan blognya sangat bagus. Pada tahun itu pun gua sedang mengembangkan blog ini. 

Gua sangat suka menonton kontennya Pak Ferry Irwandi. Beliau adalah seorang PNS tamatan STAN yang sekarang bekerja di Kemenkeu dan bekerja paruwaktu sebagai youtuber. Konten yang Ferry Irwandi sajikan sangat bagus dan memuat insight yang sangat banyak dalam kehidupan gua. Salah satunya adalah mengapa seorang Ferry Irwandi dapat berbicara selancar dan sebagus itu di depan kamera, dari diksi-diksi yang Ia pilih dan hasil riset yang sangat terperinci, itu semua karena Ia menulis scriptnya dahulu dengan sangat matang dan kalau ingin menulis dengan bagus, kuncinya adalah sering membaca.

Dari situ gua langsung ter-'wah' ini dia kuncinya, kenapa tulisan gua sebelum-sebelumnya masih kurang enak untuk dibaca. Setelah itu, gua langsung membaca buku. Buku pertama yang gua baca, yaitu Millenial Power by Deddy Corbuzier and Erik Ten Have. Buku tersebut memuat motivasi-motivasi untuk anak milenial untuk hidup lebih maju. Akan tetapi, buku tersebut kurang berkesan kepada gua karena mungkin itu adalah buku non-fiksi pertama yang gua baca. Waktu demi waktu dijalani dan akhirnya pun gua enjoy dengan kebiasaan membaca buku. Walaupun gua sempat vakum membaca buku saat mendekati UTBK dan saat liburan karena terlena dengan godaan film-film yang seru di Netflix.

Pada akhirnya, mungkin sekitar tiga minggu yang lalu, gua mempunyai program untuk membaca minimal 20 halaman perhari. Dengan program seperti itu, gua dapat konsisten dalam membaca. Konsistensi itu yang harus dimiliki semua orang dalam menjalani hidupnya. Setelah gua membaca buku Atomic Habits by James Clear, gua jadi sadar bahwa hal-hal kecil bila dilakukan terus menerus akan membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Kalau kita ingat pepatah saat kecil "sedikit-sedikit lama lama menjadi bukit" itu tidak hanya dalam konteks menabung. Dalam melakukan segala hal kita harus melakukannya step by step. Misalkan, kita sebagai orang yang tidak pernah berolahraga ingin membuat perut sixpack dan harus langsung berlatih 100 push-up dalam sehari. Itu adalah kesalahan yang fatal, karena kita sebagai pemula, harus berlatih dari step paling bawah dan naik terus setiap harinya.

Istilah pada buku ini, yaitu kenaikan 1 persen setiap harinya. Jika kita berhasil naik 1% lebih baik dari hari sebelumnya, pada akhir tahun kita akan mempunyai peningkatan sekitar 37%, sementara itu kalau kita menurun 1% setiap harinya kita hanya dapat mengalami peningkatan sebesar 0,3% saja. Ilmu dari buku ini beberapa ada yang sudah gua terapin ke dalam kehidupan sehari-hari, seperti olahraga, membaca buku, dan belajar secara rutin dan harus mengalami peningkatan setiap harinya minimal 1 persen.

Sampai lupa, kalau gua sebelumnya sedang membahas tentang literasi. Jadi, dengan kejadian yang sudah gua lewati dan gua alami, akhirnya, alasan gua untuk membaca yang tadinya hanya ingin terlihat keren, sekarang berubah karena ingin menjadi lebih baik setiap harinya.

Sekian aja tulisan gua, gua baru dapet ide ini beberapa menit yang lalu dan kalau ga langsung gua tulis, takutnya gua lupa dan tulisan ini tidak akan ada di post-an blogger gua. Terima kasih yang udah baca dari awal sampai akhir, Semoga hari kalian menyenangkan!

Komentar